Perusahaan

Twitter luncurkan notifikasi khusus untuk kekerasan berbasis gender

Oleh
Kamis, 18 Juni 2020

Menanggapi lonjakan kekerasan berbasis gender secara global sebagai dampak dari isolasi selama pandemi COVID-19, kami meluncurkan notifikasi khusus untuk kekerasan berbasis gender di delapan negara Asia Pasifik, termasuk Indonesia. Saat Anda mengetik atau melakukan pencarian di “explore” terkait kekerasan berbasis gender, akan muncul notifikasi dalam bahasa Indonesia yang akan mengarahkan Anda ke hotline dan laman informasi yang disediakan oleh lembaga di mana Anda dapat mencari bantuan, sekaligus mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan.

Berangkat dari layanan notifikasi Twitter untuk kesehatan mental dan pencegahan bunuh diri, vaksin, eksploitasi seksual terhadap anak, serta COVID-19Twitter menjadi perusahaan teknologi pertama yang meluncurkan notifikasi khusus terkait kekerasan berbasis gender.

Tweet ini tidak tersedia
Tweet ini tidak tersedia.
Tweet ini tidak tersedia.
Tweet ini tidak tersedia.

Kami bangga dapat meluncurkan fitur unik ini untuk membantu mengatasi kekerasan berbasis gender, termasuk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Kami berterima kasih atas kolaborasi dan dukungan yang telah diberikan oleh para mitra kami di Indonesia dan berharap inisiatif ini dapat membantu menjangkau audiens dari mitra kami yang membutuhkan bantuan di masa pandemik COVID-19 ini dan seterusnya.

Tweet ini tidak tersedia
Tweet ini tidak tersedia.
Tweet ini tidak tersedia.

Melalui kemitraan erat dengan UN Women Asia Pasifik yang berperan sebagai penasehat, LSM terkemuka, serta lembaga negara, yang menyediakan perawatan darurat, dukungan dan konseling; layanan ini sudah tersedia di tujuh negara: Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, Korea Selatan, dan Vietnam. Twitter berencana untuk memperluas layanan ini ke negara-negara lain di berbagai kawasan dalam beberapa minggu dan bulan mendatang.

Tweet ini tidak tersedia
Tweet ini tidak tersedia.

“Pandemi bayangan” meningkat selama COVID-19
Menurut laporan terbaru oleh UN Women, sebanyak 243 juta perempuan dan anak perempuan berusia 15-49 tahun secara global telah mengalami kekerasan seksual dan/atau fisik yang dilakukan oleh pasangannya dalam 12 bulan terakhir. Data yang muncul menunjukkan bahwa sejak wabah COVID-19 merebak, kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan, dan khususnya kekerasan berbasis gender, telah meningkat di seluruh dunia.

Data nasional dari India menunjukkan, bahwa kekerasan berbasis gender telah meningkat lebih dari dua kali lipat di setidaknya 4 negara bagian Utara. Sementara kasus-kasus yang dilaporkan dari LSM di Indonesia mencapai tiga kali lipat. Hotline untuk perempuan dan anak-anak di Malaysia juga melaporkan peningkatan 57% dalam panggilan sementara peraturan yang bertujuan mengendalikan kerisauan ini sedang berlaku. Tren yang sama juga ditemukan di Singapura dan Korea Selatan.

Tweet ini tidak tersedia
Tweet ini tidak tersedia.

Kekerasan pada perempuan dan anak perempuan di Asia Pasifik meluas dan kenyataannya hal tersebut banyak yang tidak dilaporkan. Secara global, satu dari tiga perempuan mengalami kekerasan setidaknya sekali seumur hidup. Faktanya, angka itu lebih besar di banyak negara di wilayah kami yaitu dua dari tiga perempuan yang melaporkan adanya kekerasan. Kurang dari empat dari 10 perempuan yang mengalami kekerasan berani melaporkan atau mencari bantuan. Dengan adanya perpanjangan periode lockdown serta perintah untuk tetap di rumah di beberapa negara di dunia untuk menekan penyebaran COVID-19, semakin banyak perempuan yang memiliki pasangan pelaku kekerasan merasa terisolasi dari orang dan sumber yang bisa membantu mereka. Di UN Women, kami mendengar bahwa untuk tetap membuka layanan bantuan menjadi hal yang sulit di beberapa negara. Kami senang bekerja sama dengan Twitter untuk membantu menghubungkan perempuan dengan layanan bantuan yang tersedia di negara mereka jika mereka mengalami kekerasan atau pelecehan.

Melissa Alvarado

UN Women Asia Pacific Regional Manager on Ending Violence against Women

‎@unwomenasia‎

Bersatu menghadapi kekerasan berbasis gender
Twitter percaya, kolaborasi berbagai pihak terkait -publik, swasta dan LSM- adalah salah satu kunci untuk memerangi masalah kompleks berbasis kekerasan gender. Kemitraan ini, melalui layanan notifikasi ini, akan membantu berkontribusi pada upaya organisasi lokal untuk memastikan masyarakat dapat mengakses dan mendapatkan bantuan ketika mereka membutuhkannya.

Di Indonesia, Twitter bermitra dengan LBH APIK Jakarta (@LBHAPIK) dan Komisi Nasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan (@KomnasPerempuan) sebagai mitra nasional terpercaya. 

  • LBH APIK Jakarta adalah organisasi nirlaba untuk lembaga bantuan hukum perempuan yang menyediakan hotline gratis dan bantuan hukum untuk perempuan dan anak-anak. 
  • Komnas Perempuan adalah lembaga negara independen yang bekerja untuk melindungi hak-hak perempuan, termasuk mencegah dan mengurangi kekerasan terhadap perempuan di Indonesia.
Tweet ini tidak tersedia
Tweet ini tidak tersedia.

Sebagai Lembaga Bantuan Hukum yang fokus pada pendampingan dan bantuan hukum bagi perempuan yang mengalami ketidakadilan, kekerasan, dan berbagai bentuk diskriminasi; LBH APIK mengapresiasi kontribusi Twitter dalam menanggulangi kekerasan dan ketidakadilan khususnya bagi perempuan di Indonesia dengan meluncurkan notifikasi untuk kekerasan berbasis gender. Upaya penanggulangan kekerasan terhadap perempuan dan advokasi kesetaraan hukum merupakan peran berbagai pemangku kepentingan, mulai dari tataran individu, sosial, hingga pembuat kebijakan dan penegak hukum. Kami harap kolaborasi dengan Twitter ini dapat membantu kami menjangkau lebih banyak orang yang memang membutuhkan bantuan atau pendampingan.

Siti Mazuma

Direktur LBH APIK Jakarta.

Kasus kekerasan pada perempuan di Indonesia bertambah setiap tahunnya. Berdasarkan Catatan Tahunan (CATAHU) 2020 Komnas Perempuan, kekerasan terhadap perempuan meningkat sebanyak 792% selama 12 tahun terakhir atau meningkat hampir delapan kali lipat. Fakta ini memperkuat pentingnya edukasi kepada masyarakat bahwa kasus kekerasan masih banyak terjadi di Indonesia. Kolaborasi dengan Twitter ini diharapkan mempermudah informasi kepada publik dan menjadi acuan para pemangku kepentingan untuk pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.

Mariana Amiruddin

Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan