Twitter rayakan #perempuanmasakini dengan kampanye #sheinspiresme

Disya Arinda (@disyaarinda) - Psikolog Klinis

Berprofesi sebagai psikolog klinis, Disya mendedikasikan diri untuk membantu orang lain dalam menghadapi berbagai tantangan dalam hidup. Caranya adalah dengan membimbing dan melatih klien untuk belajar mengenali kondisi, perasaan, dan membentuk perilaku serta mental yang positif. Ia juga kerap menjadi pembicara dengan mengangkat isu-isu terkait kesehatan mental.

”Sebagai seorang Psikolog Klinis, saya paham bahwa perempuan juga memiliki kerentanan dalam mengalami isu psikologis. Bahkan ada beberapa masalah kesehatan mental yang hanya dialami oleh perempuan (misalnya: Pre-menstrual dysphoric disorder, hingga Postpartum Depression). Pengalaman ini mungkin menjadi tantangan, namun dapat diatasi bersama." 

"Semoga Hari Perempuan Internasional tidak hanya menjadi perayaan tahunan, namun juga sebagai pengingat dan penyemangat bagi #PerempuanMasaKini untuk terus menyuarakan hak-hak mereka dan apa saja yang dapat membuat mereka berdaya. Saya berharap para perempuan yang sedang memperjuangkan hak mereka dan yang sedang berupaya memulihkan kondisi psikisnya, sadar bahwa pertolongan ada di depan mereka. Semoga saya bisa menjadi salah satu pihak yang dapat memberikan dukungan psikis bagi yang membutuhkan.”

Sejalan dengan profesi yang dijalani, Disya secara rutin membagikan ilmu dan pengetahuannya melalui Twitter disertai dengan visual yang menarik dengan tujuan semakin menyadarkan orang-orang mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental untuk hidup yang lebih berkualitas.

Sebagai seorang penulis dan editor di @akhirpekantiba, Kalis Mardiasih pernah menorehkan jejaknya sebagai orang yang paling berpengaruh di Twitter versi Drone Emprit saat isu RUU PKS (kini TPKS) berlangsung. Hingga ini, Kalis terus menyuarakan pesan-pesan kesetaraan gender yang ia tuangkan dalam tiga buku dengan topik utama perempuan dari kacamata agama Islam. 

“Salah satu tantangan yang masih harus dihadapi oleh #PerempuanMasaKini adalah kurangnya keterlibatan perempuan dalam wacana intelektual dan kebijakan, baik sektor pemerintah maupun sektor swasta. Oleh karena itu, saya merasa terpanggil untuk menyuarakan berbagai pesan-pesan kesetaraan gender dan itu saya lakukan melalui platform Twitter.”

Selain mempromosikan buku-buku yang ia tulis, Kalis menggunakan Twitter untuk terus menyuarakan isu-isu sosial yang dihadapi perempuan, karena menurut Kalis, Twitter masih menjadi platform utama untuk mendiskusikan isu-isu kesetaraan gender, baik oleh para ilmuwan, aktivis, pengusaha, hingga ibu rumah tangga.

Menekuni bidang konservasi satwa liar selama tujuh tahun, Shera pernah menjadi bagian dari program Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia. Tidak hanya itu, sebagai spesialis ilmu konservasi pada tahun 2019 Shera sekaligus menjabat sebagai presiden Tambora Muda yang merupakan jaringan tingkat nasional untuk pemberdayaan dan peningkatan kapasitas para konservasionis muda Indonesia sejak tahun 2015. Selain itu, Shera juga merupakan salah satu pendiri dan manajer program PROGRES, lembaga non-profit lokal berbasis di Sulawesi Tengah yang bertujuan untuk mempromosikan konservasi lokal perlindungan spesies yang terabaikan dan terancam, seperti kelelawar, kuskus, dan kura-kura Forsteni. 

“Menurut penelitian di berbagai bidang, mentorship adalah salah satu kunci untuk kesuksesan perempuan dan memastikan perempuan tetap berada di bidang yang dia senangi. Membangun ruang lingkup bagi perempuan untuk saling mendukung (empowered women empower other women): bagi yang sedang meniti karir secara profesional memperluas jejaring dan mencari mentor, perempuan dengan karir yang lebih senior dan memiliki interest yang sama; dan bagi yang sudah lebih senior, mencari mentee, perempuan yang sedang meniti karir untuk dibimbing secara informal.” 

Kepeduliannya terhadap satwa liar juga tercermin di akun Twitter-nya yang kerap mengingatkan pengikutnya untuk terus menjaga keberlangsungan satwa liar karena sejatinya kelanggengan hidup manusia dan satwa liar memiliki hubungan mutualisme yang perlu dipertahankan.

Evi Mariani (@evimsofian) - Redaktur Senior, Direktur dan Co-founder Projectmultatuli.org

Evi Mariani Sofian, atau Evi, adalah seorang redaktur senior yang telah lama malang-melintang di dunia jurnalisme Indonesia dan banyak memberikan “suara” bagi mereka yang membutuhkannya. Seorang wartawan senior, Evi Mariani memiliki pengalaman tidak hanya di indonesia, tetapi juga di Amerika Serikat saat terpilih menjadi salah satu penerima beasiswa Hubert Humphrey Fellowship pada tahun 2011 - 2012. Karya tulis jurnalistik beliau telah diterbitkan di berbagai media terkenal di Indonesia dan di luar negeri, seperti The Jakarta Post and The Guardian. Saat ini, beliau menjabat sebagai direktur dan co-founder dari Project Multatuli (@Projectm_org), sebuah inisiatif jurnalisme yang melayani publik dengan mengangkat suara-suara yang dipinggirkan, komunitas-komunitas yang diabaikan, dan isu-isu mendasar yang disisihkan. 

“Banyak perempuan sepanjang hidupnya akan pernah merasakan menjadi seseorang yang dicap ‘subversif’, atau semacam pemberontak, hanya karena kita bicara. Cap pemberontak, subversif, ini mungkin menakutkan buat kita karena kita akan mengalami serangan verbal dari orang-orang yang enggan berubah, orang-orang yang selama ini mendapatkan keuntungan dari ketidakadilan gender ini. Kita tidak bisa sendirian menghadapi ini. Carilah sekutu sebanyak-banyak dari berbagai kalangan, apapun gendernya, apapun kelas sosialnya. Perempuan selama ribuan tahun telah menjadi saksi perubahan-perubahan yang dipimpin oleh perempuan yang mendapatkan dukungan dari banyak orang. Perempuan muda harus memimpin perubahan ini, dengan sebanyak-banyaknya sekutu yang berderap "marching" bersama.”

Jakarta Feminist (@jakartafeminist) -Organisasi Feminis di Jakarta

Jakarta Feminist adalah sebuah perkumpulan lintas feminis Jakarta yang bertujuan mempromosikan nilai-nilai feminis untuk mencapai kesetaraan gender di Indonesia. Organisasi ini adalah pencetus gerakan Women’s March Jakarta (@womensmarchjkt) dan Cari Layanan (@carilayanan), sebuah direktori untuk korban-penyintas kekerasan berbasis gender. 

“Selalu akan ada orang di sekitarmu yang menyangkal pentingnya hak perempuan dan suara perempuan. Carilah komunitas dan sistem dukungan yang mampu mendukungmu selalu agar tidak lelah atau patah hati selama menghadapi orang seperti itu. Perjuangan kita panjang tapi worth it.”